Minggu, 16 Desember 2012

Hai, Miiko! 24

Diposting oleh Eka Suzanna di 20.12 0 komentar
Hai, Miiko! 24Hai, Miiko! 24 by Ono Eriko

My rating: 5 of 5 stars


Kalau aku ke gramed, aku selalu tidak lupa mampir ke rak tempat Komik Miiko the series berada. Malah itu sudah jadi rak yg WAJIB dikunjungin tiap ke gramed, dan tidak pernah absen, walau aku tahu kalau Miiko itu terbitnya hanya setahun sekali :(

Tapi anehnya tetap saja aku mampir ke raknya, berharap ada keajaiban apa kek gitu, hehe


Dann..aku nyaris melonjak girang di tempat saat kemarin ke gramed menemukan Miiko edisi ke 24 ini bertengger manis di rak plus edisi special Mikko yg ke 6 juga ada >_<


Tidak pakai mikir dan apa-apa lagi, dua komik Miiko langsung masuk dalam tas belanja Gramedia ku..hehe

Begitu pulang ke rumah, dari semua buku yg aku beli, komik ini adalah yg paling pertama aku buka segelnya dan aku baca.

Hmm..

Seperti biasa lah aku selalu suka semua cerita Miiko. Menarik, lucu, dan menghibur >_<

Cuma kadang aku ngerasa, dibanding cerita Miiko yg awal-awal (waktu masih edisi 1-10 an gitu), makin ke sini sejak mulai masuk edisi belasan dan puluhan, cerita Miiko sepertinya nggak begitu selucu yg dulu.

Apa mungkin juga ini ada hubungannya dgn pengarangnya yg mungkin makin terasah kemampuan menggambarnya ya? Atau..mungkin karena pengarangnya semakin tua..ceritanya pun makin 'agak berbobot' yg maksudku..terkesan serius dan poin kelucuannya berkurang.. (halah, aku ngomong apa sih ini? Belibet amat)

Yah intinya...aku ngerasa lebih suka gaya cerita Miiko yg dulu aja. Tapi bukan berarti Miiko yg sekarang dah tidak asyik lagi loh yaaa..

Di miiko 24 ini, ceritanya bagus-bagus. Hanya saja aku ngerasa nggak ada sesuatu hal yg terasa baru atau bikin aku excited gimanaaa gitu. Masalahnya, beberapa cerita di Miiko 24 ini, ide dasarnya pernah diceritakan oleh penulis di edisi yg sebelum-sebelumnya. Jadi itu cuma semacam ide dasar cerita yg sama, namun mungkin dengan alur cerita yg agak berbeda.

Cerita di Miiko 24 yg "Permohonan Momo" itu sama dengan cerita waktu Miiko ingin berubah jadi tinggi "karena iri dengan Miho yg bisa pakai baju bagus karena badannya tinggi". Di situ, Miiko memohon di kuil agar menjadi tinggi.

Nah, sama dengan permohonan Momo yg mungkin ingin jadi besar . Dan sepertinya pengarangnya menyadari kok kalau Permohonan Momo ini idenya sama dengan cerita Miiko menjadi tinggi itu.

Terus cerita yang "Sayonara, Mamoru!?" itu juga sama dengan cerita waktu Miiko menjadi besar "SMA" karena bola dari peramal yg sama. Cuma bedanya kalau dulu Miiko melihat masa depannya dgn Tappei, sekarang dgn Mamoru.

Dan beberapa cerita lainnya, juga bukan hal yg "baru".

Tapi, tetep High Recommended kok!!! :)) Nggak bakal nyesel mah kalau baca Miiko, apalagi kalau buat ngilangin stress hehehe.



View all my reviews

My Girlfriend is a Gu Mi Ho 1

Diposting oleh Eka Suzanna di 20.11 0 komentar
My Girlfriend is a Gu Mi Ho 1My Girlfriend is a Gu Mi Ho 1 by Seong-Yeon Kim

My rating: 3 of 5 stars


Jujur saja, bingung banget ini novel mau dikasih berapa bintang, plus mau dimasukkan dalam bookshelves yang mana :|

Karena novel ini sangat-sangat-sangat mengecewakan menurutku pribadi. Jadi, mau diberi 1 bintang... tapi kok nggak sesuai dengan 'arti pemberian bintang' yang selama ini kuterapkan ya?

Aku kalau memberi 1 bintang, artinya itu buku membuatku tak mampu baca hingga kelar. Nyaris eneg bacanya sejak di awal-awal halaman, dan ada rasa ogah ngelanjutin. Dan tidak akan pernah lagi mau nyentuh buku ini.

2 bintang, buku yg mampu aku selesaikan bacanya, tapi tetep ada rasa eneg dan ogah untuk nyentuh lagi.

3 bintang, buku yang mampu aku selesaikan, tapi ada beberapa bagian yg sempat bikin aku malas baca (hingga biasanya aku skip-skip sedikit) tapi, aku merasa di lain waktu aku akan membacanya lagi.

4 bintang, buku yang sering aku baca berulang-ulang, tapi hanya pada beberapa bagian yg memuaskanku.

5 bintang, aku akan betah membaca ulang buku ini dari awal-akhir, entah bakal khatam berapa kali :|

Dan... buku My Girlfriend is Gu Mi Ho ini... sejak halaman awal sudah bikin aku eneg banget, dan ogah-ogahan ngelanjutinnya. Tapi, aku tetap paksa baca (walau skip-skip sedikit) dan sampaiii halaman akhir rasa eneg itu tetep ada :|

Mau kasih 1 bintang, aku berhasil selesaikan buku ini dalam waktu 5 hari walau dgn susah payah. Ibarat kata, disuruh pergi ke Gramedia sambil ngesot akhirnya sampai juga ditujuan, walau kaki dan pantat beset-beset.

Mau kasih 2 bintang, aku ngerasa masih ada ketertarikan tuk membaca lagi suatu saat nanti, walau tak tahu apa sisi menariknya (selain ceritanya yg memang bagus, tapi kalau diliat di dramanya :| )

Mau kasih 3 bintang, kok rasanya nggak pantes...

Ck..

Kebingungan ini mungkin akibat dari 'tak bisa memisahkan antara versi drama & buku'.

Yah.. aku sepertinya masih mencampur adukkan keduanya.. sehingga nggak bisa nilai secara objektif.

Aku sukaaaa banget sama ceritanya (saat nonton drama). Tapi, aku nggak suka bukunya (lepas dari ceritanya).

Buku ini, ceritanya persissss banget-banget-banget sama dramanya. Nggak ada yg ditambahin atau dikurangin, pokoknya persisss banget. Ibarat kalau copy paste tulisan orang, tuh, titik-komanya pun sama gitu.

Tapi aku merasa nggak nyaman sejak awal membaca. Entah kenapa feel nya juga nggak dapet. Rasanya nggak bisa menikmati.

Aku tidak tahu deh, entah ini karena novel terjemahan, dan mungkin cara sipenerjemah memilih kata-kata membuat buku ini jadi tidak enak dibaca... atau entah nemang dari penulis koreanya di sana yg bermasalah, tidak berhasil mengubah sebuah drama korea ke dalam bentuk tulisan panjang dgn tetap menjaga 'kebagusan'nya.. (biasanya kan gitu, film/drama yg ditulis ke dalam bentuk buku hasilnya nggak bagus dan nggak memuaskan, begitu juga sebaliknya).

Yang jelas aku ngerasa ceritanya jadi nggak pas dengan apa yg digambarkan di dramanya. Apa yg disampaikan drama, jadi tak tersampaikan di sini. Untungnya aku dah nonton, coba kalau nggak? Yang ada mungkin aku tak akan pernah jatuh cinta pada dramanya, kalau misalnya baca buku ini duluan.



View all my reviews

Sabtu, 15 Desember 2012

GOLDEN BOOK

Diposting oleh Eka Suzanna di 23.42 0 komentar
GOLDEN BOOK (Deluxe)GOLDEN BOOK by Kyoko Hikawa

My rating: 5 of 5 stars


Seorang anak SMA, Nanako, menyukai Fujiomi begitu melihatnya sedang berlatih kendo. Maka dari itu dia meminta sepupunya Noriko, teman kuliah Fujiomi dan kebetulan tetangga apartemen Chizumi, untuk meminta Fujiomi menjadi guru les privatnya. Di sini Noriko mengatakan pada Chizumi bahwa menurutnya pacar Fujiomi adalah orang yang tenang dan dewasa, bukan orang yang ceroboh dan kekanak-kanakan seperti dia. Fujiomi adalah lukisan pemandangan yang tenang yang terlukis dengan tinta hitam, sedangkan Chizumi adalah lukisan pastel yang di gambar oleh anak-anak… Namun kebaikan Chizumi dan Fujiomi merubah pandangan Noriko, menurutnya Chizumi memang kekanak-kanakan, tapi bukan anak-anak…dan bahwa lukisan pastel yang dilukis dalam warna hitam putih juga cocok…

Oh ya, terselip juga Kisah tambahan dalam buku ini, adalah kisah pertama kali Fujiomi dan Gohoji bertemu dan berkelahi waktu SMP, karena Gohoji merasa tersaingi reputasinya sebagai jago berkelahi oleh Fujiomi.


Sementara itu sisa ceritanya yg lain, Inti ceritanya berkisar pada masa lalu Fujiomi, dan itu terjadi karena sebuah undangan reuni SMP. Tak disangka ternyata di masa itu Fujiomi pernah menjalin hubungan dengan seorang gadis populer bernama Asako Yasugi. --____--"

Ketika bertemu lagi pun, Asako seperti masih menyimpan perasaan terhadap Fujiomi, dan merasa lebih mengenal Fujiomi daripada Chizumi. Keputusannya untuk mengakhiri hubungannya dengan Fujiomi menyisakan rasa penasaran, dan dia pun gelisah ketika mendapatkan jawaban Chizumi merasa puas dengan Fujiomi.

Kegelisahan Chizumi atas munculnya Asako membuat teman-teman Chizumi berusaha menghibur dan mencari tahu bagaimana sebenarnya hubungan Fujiomi dan Asako di masa lalu. Bahkan mereka meminta bantuan Gohoji dan Komuro, walaupun sebenarnya mereka berbeda sekolah saat itu ^_^ Namun akhirnya Chizumi mendapatkan penjelasan langsung dari Fujiomi, bahwa mereka sebenarnya tidak pernah pacaran. Asako yang mendekatinya duluan, dan mengajaknya berpacaran namun Fujiomi menolaknya. Asako lalu mengajaknya berteman dahulu, namun dia gagal memahami Fujiomi. Asako yang populer selalu ingin mendapatkan pujian, namun Fujiomi hanya menanggapinya ala kadarnya. Pada hari reuni, baru Asako menyadari bahwa Chizumilah yang lebih memahami Fujiomi, itulah sebabnya Fujiomi begitu melindunginya…

Di akhir cerita, Asako yang berhasil menerbitkan novelnya, meminta maaf kepada mereka berdua, dan dia sadar bahwa selama ini dia hanya mementingkan harga dirinya saja. Buku hatinya akan tertutup, dan kenangannya akan Fujiomi selanjutnya Chizumi yang akan mengisinya…

^__^



YAY!! Hehehehe.... Aku suka banget sama komik ini. Bagusssss..!!

Ceritanya ringan dan menghibur banget meskipun mungkin jenis ceritanya rada pasaran. Tapi sepasar *?* apapun ceritanya, dengan sentuhan tangan Kyoko Hikawa jadi keren banget... *walo gambarnya sebenarnya nggak cantik2 amat hehehe*


Cerita ini berhasil! bener2 bagus banget!

Dari semua seri, aku paling suka golde book! Entah kenapa. Mungkin karena di sini lebih konflik ya cerita cinta mereka? dan lagi Fujiomi makin keren dan dewasa, begitu juga dengan chizumi walau kecerobohannya masih aja melekat XD

Aku suka cara penceritaannya yang ngalir gitu aja. Nggak pernah jenuh deh bacanya, karena ada aja sesuatu yg seru.

Mungkin kalo di kehidupan nyata, pasangan yg kayak fujiomi dan chizumi gini rada membosankan kali ya? Tapi di komik ini dibuat jadi seru banget. Walo nggak romantis, tapi jatuhnya malah lebih romantis dari yg romatis!! #plak

Pokoknya nggak bakal bosen buat ngikutin ceritanya.

Aku suka deh kalo mislanya Chizumi yg sudah mulai kayak kebakaran jenggot dan ceroboh sana-sini *kayak belatung nangka kalo aku liat*, Fujiomi langsung megang kepalanya dan menggendongnya buahahahahaha.

Biasanya nggak pake kata2, Cuma tinggal meletakkan tangan di jidat/kepala Chizumi, sukses bikin Chizumi yg kayak belatung nangka itu diam XD

Yang lucu itu pas Chizumi pindahan, seperti biasa Chizumi sudah kayak belatung nangka sibuk mondar-mandir sana sini mau ikutan ngangkatin barang, padahal udah ada Gohoji sama Fujiomi yg jadi tukang angkat2. Dan...eng-ing-eng..seperti biasa, dimana ada Chizumi pasti ada kekacauan akibat kecerobohannya XD

Begitulah, si Gohoji jadi sering naik pitam dibuatnya XD

DDan seperti biasa, cara andalan Fujiomi untuk menghentikan Chizumi, as tuh cewek mulai kocar-kacir sana sini dia tinggal megang kepalanya, trus diangkut dan didudukin ke kursi.

Yg lucu lagi, Fujiomi ngasih si Chizumi boneka kelinci. Diisuruh peluk. "Jaga yg betul ya. jangan sampai kabur."

Buahahahah! Ini maksudnya apa toh? XD *ngakak guling2*

Trus.. Chemistry mereka juga bagus. Bahkan watu di Angin Musim Gugur pas belum terlalu kenal dan pacaran pun udah keliatan chemistrynya ^^

Suka banget deh sama perkembangan hubungan 2 orang ini, dari yang mulai kenalan biasa, sampe jadi pacaran. Keliatan di setiap seri, hubungan mereka makin deket, ini bener2 menarik buat diliat.

Ya ampun... Fujiomi makin keren aja di sini.. *ga henti2nya muji fujiomi XD*

Kalo di kehidupan nyata, karakter cowok yang kayak Fujiomi gini nich bukan yg aku cari sebenarnya XD. Soalnya sereemmm....dan pendiamnya itu yg bikin takut XD

Kalo di dunia nyata kan cowok yg diem2 gini malah bikin takut. apalagi aku juga anaknya kalem *huwek XD*. aku yg kalem n pendiam ketemu fujiomi yg tenang dan dingin gini...wahahahah mana kebayang !!


Kurangnya... Nggak ada!!! Cerita ini nggak ada kurangnya. *yah, kecuali gambarnya sih. coba agak cantikan dikit gambarnya hehehe. eh tapi ini juga udah keren banget lohh ^^*

pokoknya dari semua seri-nya, Golden book yg paling aku suka.

Aduuuhhh, fujiomi tuh gak kuku. walo kata ceritanya dia nggak romantis tapi bagi aku dia itu udah romantis banget >.<

Kalo aku yg jadi chizumi mungkin dari awal pacaran aku udah mati, karena meleleh XD

Sampai sekarang aku heran, kenapa sih masih adaaa ajaa (reader) yg menentang hubungan chizumi dan Fujiomi?

Banyak yg bilang hubungan Chizumi dan Fujiomi, sepertinya rapuh, tidak serasi, dan tidak seimbang,

Kenapa?

Kenapa?

Aku malah merasa mereka memang sudah ditakdirkan untuk satu sama lain deh. Liat aja kan? Ternyata mereka mampu melewati segala cobaan *halah*dengan saling mengerti dan memahami satu sama lain.

Makanya aku heran, kenapa masih banyak yg merasa mereka tidak cocok??

Btw aku jadi mikir kenapa ya di komik-komik tuh kebanyakan karakter ceweknya itu kok ceroboh dan kekanak-kanakan? tapi mereka pada akhirnya malah dapat cowok yg keren dan cool kayak fujiomi gini.

Huhuhu...aku kan jadi sebel XD

secara aku juga cewek ceroboh, tapi kok belum nemu2 juga ya tipe2 cowok yg kayak gitu? #plak

Memang sih, karena aku sering ceroboh, banyak cowok yang perhatian. Tapi malangnya cowok2 itu bukan cowok2 yang kayak di komik itu, XD
ha ha ha….

maksut hati ceroboh, apa daya salah alamat…. :P gitu kira-kira peribahasanya…

Sebenernya ini komik ceritanya gak sespektakuler itu  buat aku kasih bintang 5.

Tapi... Berhubung aku terhibur banget dengan cerita ini, alurnya bagus, karakternya juga aku suka semua, dan aku puas dengan semua ceritanya, dan lagi komik ini sukses bikin aku mau baca berkali2 XD

so... Bintang 5 buat komik ini dach.

Highly recommended!! b(^__^)d



View all my reviews

Raksasa dari Jogja

Diposting oleh Eka Suzanna di 23.36 0 komentar
Raksasa dari JogjaRaksasa dari Jogja by Dwitasari

My rating: 1 of 5 stars


Hm...


Senyum...

Lalu.. *sigh*


Kalau ada setengah bintang, mungkin aku akan kasih setengah.

Aku sarankan, membaca buku ini sebaiknya sehabis mandi (pagi atau sore) dalam keadaan duduk tegap, ditemani camilan dan teh mungkin lebih mantap.

Jangan seperti aku yg baca novel ini sehabis sholat shubuh dan duduk di atas tempat tidur, karena.... bantal dan kasur saat itu akan jadi terasa lebih menarik daripada buku ini. Itu yg kurasakan bahkan sejak halaman-halaman awal.

Jangan baca sambil berbaring. Jangan! Ntar bisa terlelap bahkan sebelum habis satu bab :|

Aku baca buku ini beberapa halaman saja nguap beberapa kali... dan nggak sanggup rasanya nyelesain buku ini, bahkan walau sekedar satu bab. Tapi aku paksakan diri sepaksa-paksanya, coba nguatin diri membaca.

Padahal kemarin pas ke Gramed, novel ini adalah novel yg palinggg pertama aku ambil dan masukkin ke tas, karena memang sudah sejak dari rumah diplanning,buku ini salah satu yg kuincar.

Kenapa?

Aku sudah lama banget penasaran sama buku ini. Di twitter ramai banget orang ngebicarain. Coba aja search Raksasa dari Jogja, wah.. pujian demi pujian terlontar. Terlebih novel ini masuk dalam jejeran best seller! Bagaimana aku nggak penasaran, coba?

Kebetulan aku tahu twitternya si penulis walau aku bukan followernya. Yah.. tweet tweetnya dia memang bagus-bagus, mewakilin isi hati para penggalau :p. Aku juga sempat ngunjungin blognya, dan kata-kata yg dia rangkai memang oke-oke.

Dan melihat dari pujian-pujian orang di twitter tentang buku ini, nggak salah dong kalau aku punya ekspektasi yg sangat tinggi?

Sebenarnya aku sudah menekan ekspektasi itu, takut kecewa. Tapi nggak bisa, aku dah terlanjur punya 'bayangan tinggi' pada buku ini.

Dan... yah.. dari halaman satu juga aku udah eneg bacanya.

Dibanding my GirlFriend is a Gumiho rasanya ini lebih parah, deh.

Aku tahu Dwita pandai merangkai kata, dan aku suka tweetnya. Tapi tulisan di buku ini yg terlalu baku, dan terlalu banyak narasi, justru malah bikin aku ingin sekali nutup buku ini.

Entah ya... apa memang seleraku yang aneh?

Secara banyak yg muji-muji dan nyembah-nyembah *lebay* buku ini di twitter, tapi kok aku nggak ngerasain seperti apa yg mereka katakan ya?

Saat Bab 1, aku sempat berhenti sejenak dan iseng liat ratingnya di goodreads ini. Kali saja penilaian di GR beda dengan penilaian di Twiiter.

Dan.. benar saja!!

Di GR kayaknya banyak yg ngasih 1 bintang.

Aku langsung mikir, ini yg mana bisa dipercaya? Yg di twitter apa di GR?

Aku mutusin tuk ngelanjutin baca...dan aku berputusan tuk gabung golongan GR. *nyengir kering*

Jujur aja yee, aku nggak bisa suka sama buku ini. ^^;

Aku nggak mandang Dwita itu selebtwit dengan ratusan ribu follower, dan juga pujian-pujian followernya. Kalau aku ngerasa buku ini bikin 'eneg' aku bakal tetep kasih setengah bintang.

Kemampuan dan kepiawaian Dwita dalam merangkai kata, sepertinya jadi pisau bermata dua di sini. Dwita salah sih menurutku kalau dia terlalu banyak menggunakan narasi yg begitu panjang dan terlalu 'nyastra' 'berlebihan' atau apalah namanya (aku nggak tahu).

Untuk tweet dan postingan pendek di blog, oke boleh lah. Tapi untuk novel?

Duuhh...

Itu hanya akan membuat yg baca jadi ngerasa ngantuk dan bosan (untuk pembaca seperti aku sih, entah untuk yang lain).

Dan ceritanya yg sebenarnya sepele, jadi bertele-tele dan lambat banget kesannya.

Konfliknya cuma begitu doang, yg bikin panjang cuma penyampaian dan alurnya yg super lambat dan bertele-tele. ITU.

Kutipan halaman 1:

Bianca menarik napas lega. Selesai. Tak ada lagi rumus-rumus fisika dan matematika. Tatapannya mengarah pada koleksi buku-buku fiksi yang tertata rapi di dekat meja belajar. Matanya menjamah setiap buku yang terletak di sana. Detail judul diperhatikannya dengan saksama. Tinggi rak buku itu melebihi tinggi Bianca, hampir dua meter. Ia berjinjit, jemarinya bersemangat meraih buku bersampul hitam, Biola Tak Berdawai, Seno Gumira Ajidarma.

----
Di sini saja, aku sudah mengernyitkan kening. Penyampaiannya jelas, jelas banget. Tapi entah kenapa aku malah jadi kesulitan berimajinasi (ketimbang ambil buku doang padahal) -,-.

Ini sih lebih parah dari Esti Kinasih dan buku terjemahan..

Aku pun ngerasa aneh dengan dialog-dialog yg diucapkan tokohnya. Terlalu gimanaaaaa gitu *sulit mendeskripsikan*

Dwita, anak Sastra di UI, aku percaya. Terlihat kok dari tiap kalimat yg dia tulis. Begitu rapi, baku, dan puitis.

TAPI, kalau keseluruhannya menggunakan kalimat begituan, bahkan juga saat dalam bentuk dialog, rrrr... jatuhnya jadi aneh dan nggak enak dibaca.. :| Bukan terkesan indah dan puitis lagi.

Coba, kalau saja Dwita nulisnya biasa saja nggak usah terlalu over lah hingga dari A-Z mesti menggunakan kalimat yg begitu baku. Cukup sesekali saja nyempilin quotes-quotes keren (seperti bagaimana tweetnya ) mungkin akan lebih berkesan.

Belum lagi dengan penokohannya yg aneh beserta typo-typo yg cukup mengganggu dimana-mana, membuat buku ini semakin bikin eneg :|

Oh God...

Aku nggak tahu kenapa aku begitu kecewa.

Mungkin karena sebelumnya aku sudah termakan pujian-pujian buku ini di twitter, juga kemantapan penulisnya yg begitu percaya diri terus-terusan mempromosikan buku ini seakan ini novel remaja terkeren abad ini.

Bahkan followerku sendiri ada beberapa yang mendesak dan menyarankanku tuk baca novel ini. Katanya menyentuh ceritanya, bagus.

Tapi setelah kubaca ..... *sigh lagi*

Yang bikin wow dan salut, novel ini kalau nggak salah terbitnya bulan Oktober kan. Dan sekarang sudah masuk cetakan ketiga (yang aku beli) dan masih masuk jejeran best seller pula.



View all my reviews

Rabu, 01 Agustus 2012

After School Club

Diposting oleh Eka Suzanna di 20.08 0 komentar
After School ClubAfter School Club by Orizuka

My rating: 3 of 5 stars


Rada bingung juga bagaimana harus memulai review untuk novel ini..hehe.

Jujur saja, novel ini adalah novel yang paling aku nanti-nantikan dan aku punya banyak harapan. Harapan yang tinggi pada novel ini. Di tengah berkurangnya pemasokan teenlit yg 'asyik' di toko buku, kemunculan novel ini serasa angin segar untukku.

Hoaahheeem... sebenarnya aku lagi ngantuk dan lagi kelaparan, jadi agak malas nulis komentar. Tapi berhubung aku tipe orang malas, yang biasanya kalau sudah baca kemarin terus reviewnya baru kapan tau, yang ada aku bakal malas nulisnya. Jadi mending nulis sekarang, mumpung juga ingatan masih segar karena baru selesai baca novel ini beberapa menit yang lalu..hehe.

Seperti yang tertera di sinopsisnya, pasti kita sudah mendapat gambaran seperti apakah 'After School Club' itu. *ayo..check sinopsis di atas ini*

Karena itu lah, Putra yang awalnya 'terpaksa' masuk kelas itu karena nilai Fisikanya anjlok, merasa dirinya nyaris 'akan' gila kalau terus-terusan bergelut di After School Club. Putra yang 'katanya' cool dan popular itu, bukannya merasa malu dirinya tergabung dalam kelas yang disebut 'kumpulan anak dodol' itu, hanya dia merasa 'agak' tidak tahan dengan kegilaan dan berbagai keusilan yang diperbuat anak-anak tersebut.

After School Club ini sendiri adalah kelas tambahan khusus yang diadakan setiap pulang sekolah, yang muridnya adalah gabungan dari murid-murid kelas lain yang nilainya juga anjlok. Tidak salah kalau banyak yg bilang kelas ini adalah 'kumpulan anak2 dodol'.

....rrrr.. Itu saja kali ya yang perlu kujabarkan, karena aku rasa sinopsis di belakang buku ini sudah cukup 'sangat' menjelaskan garis besar ceritanya. Sinopsis itu sudah mencakup hampir semuanya.

Cuap-cuap:

Aku tidak tahu apa yang salah. Aku tidak tahu, diriku yang salah, atau novelnya yang salah? Hehehe.

Bukannya aku bilang ceritanya jelek. Ceritanya menarik, kok. Tapi, entah kenapa aku tidak merasakan sesuatu yang 'wah' saat membacanya. Tidak seperti saat membaca HSP yang bikin aku membacanya dalam satu kali duduk (kayak cerpen), asli tanpa jeda sedikit pun. Atau seperti Fate yang membuatku terus-terusan ingin membaca halaman selanjutnya saking penasarannya.

Waktu membaca novel ini, aku membacanya sambil main HP. Baca beberapa halaman-main HP-baca beberapa halaman-main HP-  begitu seterusnya sampai aku selesai membaca keseluruhannya. Bahkan aku sempat memotongnya dengan waktu makan dan tidur dan nonton TV. Tidak biasanya kan?

Itu karena aku merasa ceritanya biasa-biasa saja. Dan aku merasa bosan. Nggak ada sesuatu yang bikin aku excited. Padahal sebelumnya aku sangat berharap banyak pada novel ini, apalagi saat membaca sinopsisnya yang terdengar begitu menarik.

Bukannya ceritanya klise loh ya (walau adegannya memang ada beberapa yg klise).

Cuma...menurutku, ceritanya agak bertele-tele (seperti aku yg bertele-tele ngasih komentarnya hehehe *nyengir*). Oke, mungkin sebenarnya nggak bertele-tele, tapi untuk aku...ceritanya terlalu banyak hal nggak penting dan terkesan biasa saja. Cerita ini kayak film yang menggunakan alur lambat, lalu pada akhirnya dihajar habis-habisan di ending. Kesannya seperti itu. Jadi..ya gitu deh, awal-awalnya ceritanya terkesan biasa saja, dan baru mulai menarik saat mendekati ending. Itu pun tidak semenarik yg aku pikirkan.

Mungkin akunya kali yang salah? Mungkin akunya yang terlalu banyak berharap kalau cerita ini bakal penuh keramaian konflik. Novelnya sih nggak salah..karena mungkin memang plotnya sudah begitu, hanya kisah seputar perilaku bengal anak After School Club dan masalah 'cita-cita' Putra yang lagi-lagi... 'biasa aja'.

Padahal aku merasa ada banyak kesempatan buat Kak Orizuka untuk memuat sesuatu hal yang menarik :(. Dilihat dari banyaknya tokoh ini,seharusnya kak Ori bisa memanfaatkan mereka, biar mereka kesannya nggak cuma tokoh tempelan doang. Aku mungkin bakal lebih suka sama ceritanya kalau seandainya dibuat masing-masing anak After School Club punya konflik masing-masing yang akhirnya mereka cari solusinya bareng-bareng. Kayak cerita-cerita drama jepang gitu loh. Nggak perlu konflik yg njelimet. Nggak jauh-jauh contohnya kayak HSP. Walau konflik utamanya bola, tapi tetap ada konflik pada masing-masing tokoh walaupun hanya 'konflik cinta'. Itu lebih baik, daripada ceritanya seperti ini..hanya diisi dengan tingkah 'bengal' mereka yang malah jatuhnya membuat cerita jadi bertele-tele di mataku.

Dan omong-omong soal drama jepang, cerita ini kayaknya memang jatuhnya drama jepang banget. Unsur-unsur 'kelebaian' yang biasa adanya di drama jepang tuh ada di sini..hehehe. Dari panca yang jadi ileran mendadak kalau lihat Rachel, terus tingkah-tingkah konyol lainnya..itu drama jepang banget hewhewhew. Tapi yah itu tidak memberikan efek apa-apa..malah membuat ceritanya jadi semakin terlihat konyol. .___.

Sewaktu ada konflik antara Zia dan Ruby, aku sudah punya harapan 'ting ting' di kepalaku. Tapi...ternyata...aku hanya bisa berkomentar 'hah? cuma gitu doang?'. Trus, apa urusannya gitu dengan Zia kena cacar, kalau ternyata nggak ada efek apa-apa sama ceritanya?? .___. #garuk aspal

Dan Vero, sedikit banyak aku pikir dia bakal berperan dalam cerita... Tapi, lagi dan lagi dia juga cuma tokoh tempelan yang nggak ada artinya. Padahal secara karakter, aku merasa tokoh Vero itu 'unik' :p.

Oh ya aku lupa..kalau nggak ada Vero, perayaan ultah Putra nggak bakal terjadi, cleo nggak bakal kecebur ke kolam renang, dan putra nggak bakal ngasih napas buatan buat Cleo dan juga nggak bakal dapat kado-kado aneh dari anak ASC hehe..

Tapi trus...? Memang itu penting? Rasa-rasanya semua yg diatas aku sebutkan nggak ngefek apa-apa ah sama ceritanya .__. Jadi ya gitu..tante Vero tetap aja cuma jadi tokoh hiasan nggak penting. Yg aku tahu dia cuma wanita yg punya hobby belanja keluar negeri .___. hewhew...

Dan Rachel...juga salah satu tokoh yg aku sayangkan banget. Karena semestinya dia punya kesempatan untuk berperan besar, tapi oleh kak Ori dia juga cuma dibuat sebagai hiasan saja. Aku malah jadi berpikir, "nggak apa-apa deh Rachel jadi tokoh antagonis ala cewek2 genit yang di sinetron, setidaknya minimal dia membuat warna pada cerita". Tapi ternyata peran Rachel cuma sebatas itu doang, nggak lebih.

Aku mau ngomong dulu ah sama Rachel, *toel2 pundak Rachel* "Ya ampuunnn ..Rachel. Kamu itu loohh.. masa cuna segitu doang usahamu ngejar-ngejar Putra?? Nggak ada usahanya sama sekalii. Manaa ekspresimu...manaaa?? :p. Masa kamu nyerah gitu aja sih..?? Belum pernah nonton Sinetron apa ya?? Contoh dongg ituu...cewek-cewek di sinetron...mereka itu gigih bangett ngejar2 gebetan merekaaa..mau pake cara kotor sekali pun juga dijabaniinn. Lain kali, kalo suka sama cowok, jangan mauuu gebetanmu direbut gitu ajaa sama cewek lainnn!! Tunjukkan taringmuu!! Rawwrr..!" *sambil bergaya ala macan pengen nerkam*. "Gituuu. Okeee??"

Itu status Rachel yang anaknya pemilik sekolahan kayaknya nggak ngefek apa-apa .__.

Intinya, aku nggak tahu peran Rachel itu apa selain cewek centil yg nggak 'pintar' nyebrang.

Omong-omong soal karakter/tokoh..

Putra, cowok yang katanya 'popular' dan 'cool'. 'Cool'nya sih aku dapet. Tapi ...popularnya...hum..aku kok merasa kepopularannya nggak begitu diperlihatkan ya? Selain tokoh Rachel yang hobi menggandengnya sesuka hati dengan gayanya yang centil, aku nggak menemukan sesuatu yang membuatku jadi merasa 'Waahh..Putra itu popular yaaa..'

Aneh. Nggak biasanya kak Orizuka nggak bisa memuaskanku dengan pendeskripsian karakter tokohnya. Serius. Selama ini aku selalu senang dengan cara kak Orizuka mendeskripsikan karakternya , karena mudah aku tangkap. Seperti tokoh Cokie dalam HSP, aku setuju dengan kata-kata orang yang bilang, kalau kak Orizuka berhasil membuat kita merasa Cokie itu ganteng dan popular tanpa harus menjelaskan detail-detail 'apa yang Cokie pakai' atau 'seperti apa ciri2 Cokie' dll.

Apa mungkin karena Putra terkesan introvert dan kurang berinteraksi kali ya?

Ah...tapi tokoh Benji di I For You juga introvert dan kurang berinteraksi, tapi aku bisa menangkap dan merasa banget kalau dia itu cowok popular.

Nggak..bukan karena Benji selalu diperhatikan mata banyak cewek setiap dia datang ke sekolah.. karena Putra sendiri pun juga begitu, kok. Tapi tetap saja aku nggak merasakan kepopularan Putra .__.

Begitu juga dengan Nino di Our Story. Kak ori cukup menunjukkan lesung pipi Nino dan itu sukses bikin aku klepek-klepek membayangkan betapa kerennya Nino. >_<

Oh ya.. Putra juga memang punya lesung pipi... tapi nggak tau kenapa, lesung pipinya nggak ada efek apa-apanya sama sekali .___. (Lesung pipinya nggak semaut lesung pipi Nino.. hehe..)

Untuk tokoh-tokoh lain, aku juga nggak bisa menemukan karakter khusus mereka. Semua terlihat sama dan biasa saja, nggak ada yg menonjol. Dan hal ini sempat membuatku bingung di awal-awal, agak sulit buatku mengingat dan membedakan mereka, walau pada akhirnya aku bisa mengenal 'Ruby' 'Mario' dan 'Panca' dengan baik...tapi itu pun setelah nyaris mendekati ending.

Aku tidak tahu apa pun dari mereka kecuali 'ruby dan mario' yang bagaikan duo, 'ruby' yang sempat ada 'problem' dengan Zia, dan 'panca' yang selalu ileran kalau melihat Rachel.

Sayang sekali ya, Panca pada akhirnya hanya bisa eksis di kepalaku dengan status 'cowok ileran' ;p hehehe..

Secara fisik pun aku sulit membayangkan bentuk mereka seperti apa.


Cleo sendiri sang tokoh cewek utama... hehehe.. bingung mengomentarinnya. Cleo, cewek yang super ceria, kelebihan energi, ceriwis, dan sepertinya nggak pernah kenal lelah..hihihi..mungkin kalau mau dibayangkan, dia ini seperti hasil kolaborasi Julia HSP dan Jingga IY kali ya? hehehe. Tapi walau begitu, entah kenapa aku merasa Cleo nggak ada special-specialnya. I don't know.. why.. kenapa aku merasa seperti itu..

Julia dan Jingga masing-masing punya sesuatu yang menurutku menarik. But, Cleo...sorry aku harus bilang sama sekali nggak ada yang menarik dari dia. Malah menurutku terkesan agak aneh (dan mungkin itu memang sifat dan ciri khas dia kali ya? hehehe). Karakter Cleo.. membosankan, untukku. (Nggak tahu.kalau buat pembaca yang lain, hehe).

Oke, jadi dengan cerita yang seperti itu, dan karakter tokoh yang seperti itu..aku menarik kesimpulan.. Novel ini biasa saja.

Tapiiii..ada beberapa hal yang aku sukkaaa dari novel ini. Ceritanya walau pun biasa saja, tapi ada beberapa hal yang membuatku bersyukur ceritanya nggak 'sinetron banget'..hehe. Aku tadinya sudah nyaris bertekad akan memberi nilai 2 bintang  kalau saja kak Orizuka membuat cerita ala sinetron pada halaman 165! Hehehe. Tapi, syukurlah kak Orizuka nggak berpikiran begitu. Dan halaman ini lah yang membuatku jadi menambahkan satu bintang pada novel ini.

Aku yang awalnya nggak suka dengan ayah Putra, karena aku merasakan firasat yang sama seperti yang Cleo bilang, akhirnya jadi berbalik cinta mati pada beliau ;p. Ternyata beliau itu nggak seburuk yang aku kira..hihihi. Beliau ternyata bisa dibilang sosok ayah yang cukup baik. I am sorry, karena awal-awalnya aku sempat berpikir dia adalah ayah super menyebalkan yang harus disepak keluar dari cerita ini. Hehe..karena aku awalnya takut firasatku benar..untungnya ternyata tidak.

Dan oh yaaa...aku sukaaaa banget sama adegan di pantai ;) dan adegan yang dikurung di dalam kelas. Dialog soal bintang-bintang itu looohhh...kereeennnnn banget. Walaupun adegannya agak biasa aja sebenarnya, tapi dialognyaa..nyessss!! Hehe.

Dan memang itu kelebihannya novel ini. Ceritanya tampil apa adanya layak anak sekolahan pada umumnya, nggak ada kesan dilebih-lebihkan :). Dan ini juga yang membuatku akhirnya maklum dan bisa menerima penokohan karakter 'yang kusebutkan di atas'. Setelah aku pikir-pikir... Penokohan mereka masing-masing memang normal dialami oleh murid SMA pada umumnya :). Justru akan jadi aneh kalau Rachel dibuat antagonis kayak di sinetron2, dan tokoh-tokoh lain dibuat njelimet dengan konflik2, mungkin jatuhnya bakal 'drama banget' kali ya?

Dengan penokohan mereka yang apa adanya, aku jadi merasa kalau ASC di dalam novel ini tuh memang ada dan nyata. Dan aku bisa terkekeh dan tersenyum geli setiap melihat tingkah mereka, dan bahkan berkomentar, "aku juga dulu begini waktu SMA" atau "mungkin kalau aku di posisinya aku juga bakal gini".

Aku pun sangat memahami perasaan Putra saat dia belum bisa menentukan apa yang dia mau dan di lain sisi juga nggak mau ngikutin kemauan orang tua ... karena aku pun merasakan seperti itu saat naik kelas 2 SMA. Beda dengan Putra yang akhirnya tahu apa yg dia mau dan bisa memantapkan.pilihan...aku malah pengecut nggak bisa mengemukakan apa yg aku inginkan dan akhirnya terjerumus ke jurusan IPA ...

Jaaahhh...jahhh...malah jadi curcoll hehe.

Oke lanjuttt...

Soal kekecewaanku sebelumnya tentang tokoh, itu mungkin hanya efek dari rasa kecewaku pada ceritanya. *ngeles kayak bajaj hehe*

Tapi bagaimana pun..kadang-kadang cerita yang agak berlebihan itu diperlukan untuk membuat pembaca tertarik. Walau aku senang dengan penampilan cerita dan tokoh yang apa adanya ini, tapi di sisi lain aku menginginkan sesuatu yang 'wah' yang membuatku jadi berpikir... "nggak apa-apa deh ceritanya kayak sinetron, yang penting nggak biasa-biasa aja kayak gini".

Maka itu aku sangat mengharapkan tokoh-tokoh hiasan kayak Vero, Rachel, Zia, Ruby , bisa jadi salah satu twist dalam cerita ini. Tapi, ternyata kak orizuka lebih senang berfokus pada kebengalan anak ASC dibandingkan membuat konflik tambahan yang bisa bikin cerita makin menarik (tentunya dengan tak lepas dari konflik utamanya)

Bahkan menurutku, saking cerita ini lebih berfokus pada 'kebengalan' anak-anak itu, aku sampai tidak merasakan chemistry antara Cleo dan Putra. Serius! Bahkan, aku justru bingung saat tahu-tahu Cleo ada perasaan pada Putra. Tidak ada 'sesuatu' yang menunjukkan hal itu soalnya. Aku padahal ingih kak Orizuka memberikan sedikit gambaran, kenapa Cleo bisa timbul perasaan pada Putra dan sebaliknya. Misalnya dari tingkah Cleo atau perasaan Cleo gitu, kak Ori bisa nunjukkin sedikit gejala-gejala jatuh cinta..hum.. misalnya pada saat di kolam renang yang incident 'ciuman pernapasan' itu. Kan bisa saja sebenarnya Cleo tahu dia ditolong Putra, terus di rumah jadi kebayang-bayang Putra dan akhirnya sadar dengan perasaannya, atau saat lagi isengin Putra, bisa kak Orizuka selipkan perasaan Cleo pada saat itu bagaimana. Aah..pokoknya apapun deh yang bisa membuatku maklum kenapa Cleo tahu-tahu ada perasaan pada Putra, dan begitu juga sebaliknya. Soalnya jujur saja aku sempat bengong waktu tahu anak-anak ASC pada ngegodain Cleo yang ketahuan ada rasa sama Putra. Cek halaman 106! Aku kutip saja dialog Ruby, "Siapa sih yang nggak tahu kalau Cleo, si Ratu Iblis ini, suka sama Pangeran?"

Saat itu aku langsung komentar, "Aku. Aku nggak tau loh, Ruby. Ini juga baru tahunya dari kamu." .___.

Habis...nggak ada tanda-tanda apapun sih dari Cleo. -___-

Ya..memang sih dari awal juga kedekatan Cleo dengan Putra sudah kelihatan dilihat dari tingkah Cleo yang selalu kayak sok akrab dengan panggilan 'puput'nya  dan 'cubitan pipi'nya itu. Tapi...itu malah terlihat konyol di mataku. .___.

Tapi setelah dipikir-pikir ulang... itu sepertinya bukan hal yang konyol ..karena dilakoni oleh anak umur 15 th. Hehehe... kalau tokohnya usia 23-24 kayak Jingga IY...nahhh itu baru jadinya konyol banget hihi.

Jahh melenceng lagi. oke..oke..kembali.ke Cleo-Putra..

Dan bahkan seterusnya sampai ending pun aku nggak merasakan adanya chemistry pada dua tokoh itu. Apa mungkin memang karena mereka anak umur 15th kali ya? *mikir di stasiun*

Sekilas hubungan mereka mungkin mirip Sid-Julia .

Tapiiii...sumpah demi apapun, Sid-Julia itu keraaasssaaaaa banget chemistrynya ..! Bahkan jauuuhhhh sebelum mereka menyadari perasaan mereka. Padahal nih hubungan Sid-Julia jauuuhh lebih 'korslet' dari pasangan Cleo-Putra. Tapi anehnya chemistry mereka malah dapet banget. Kok cleo-putra malah nggak dapet sama sekali ya? *garuk2 kepala*

Apa karena Putra itu orangnya nggak peka an ya??

Humm...tapi Sid juga sama kok nggak pekanya . .___.

Atau karena saking introvertnya?

Ah...Rayan IY juga sama cool dan introvertnya. .___.


Hum...nggak tau deh dimana letak kesalahannya. Mungkin otakku yang korslet kali..hihi :p

Btw, ayo komentarin covernya yuk ;)

Covernya menarik loh kalau diliat sekilas, bikin yang lihat jadi punya rasa tertarik untuk mengetahui isi ceritanya hehe. Dan cover ini memang menggambarkan isi ceritanya. Tapi gambar tokoh-tokoh di cover nya juga membuatku agak 'tergelitik' sedikit hihihi. Dalam hati aku bertanya-tanya, 'apakah gambar tokoh-tokoh di cover novel ini adalah anak-anak After School Club?'  Hehehe. Aku sampai natapin gambarnya satu persatu...mencoba menebak-nebak yang mana Zia, yang mana Cleo, yang mana Putra dll. Aku coba menebak...kayaknya sih kalau Putra adalah ganbar cowok yang bertopang dagu dengan kedua tangannya itu hehe. Soalnya terlihat banget tampangnya bosan dan sangat nggak menikmati..sudah kayak orang sakit gigi..hihihi. Tapi, kalau Cleo yang mana ya? *mikir di pojokan*. Nggak ada gambar cewek berambut pendek di situ soalnya ..

Ohh..atau mungkin gambar cewek yang duduk dengan mengenakan sweater merah itu ya? Rambutnya pendek soalnya, walau nggak sesuai bayanganku. Di dalam bayanganku itu, rambut Cleo pendek dan di potong bob hehehe.  Sampai-sampai aku ngebayangin presenter Kiss jadi Cleo .___.

Sumpah loh aku nggak niat ngebayangin...tapi image artis itu masuk sendiri ke kepalaku...hewhew..

Padahal semestinya Chika si host dahsyat itu lebih cocok kayaknya jadi Cleo. Ciri-ciri mirip..dan dia cocok meranin anak SMA umur 15 th :p hehehe #dirajam pembaca ASC

Nah..terus Pak Ramli mana Pak Ramli?? Hehehe #dikeplak ramai-ramai

Oke-oke, sebelum saya makin menggila mari kita akhiri saja cuap-cuap nggak jelas ini dengan kesimpulan..hehehe. Kesimpulannya.. Cerita After School Club nggak jelek. Aku saja nggak mungkin bisa buat cerita sebagus ini..huhu (jadi nggak enak udah komentarin sana-sini.. Kayak aku bisa aja buat cerita kayak gini .___.  Maaf kak Oriii..eka nggak bermaksud apa-apa .. *takut dijitak kak ori*) Hanya saja khusus untukku tidak ada yang 'wah' seperti saat aku membaca novel-novel kak Orizuka yang sebelumnya. Dan aku memberikan tiga bintang untuk novel ini. Aku berpikir aku akan mencoba membaca ulang novel ini di lain waktu, dan ada kemungkinan penilaianku pada novel ini bisa berubah..heheh. Who knows? :)

Mungkin saja karena lagi puasa, jadinya pas baca otakku rada error gitu dan nggak bisa mencerna dengan baik..hihihi.

Ya udah gitu aja, .. CU :)


(nb: ini ditulis jam 5 sore sebelum buka puasa hehe)



View all my reviews

Kamis, 09 Februari 2012

Mencintai cowok Brondong 16 tahun! ;)

Diposting oleh Eka Suzanna di 16.25 0 komentar


Dari awal juga yang bikin aku tertarik membeli komik ini adalah, tokoh cowoknya maniiiisss banget

liat deh tuh gambarnya, mukanyaaa kesannya cakep *dan manis hehehe

trus yang bikin tertarik lagi, judulnya "My Boyfriend in 16"

wah...cowoknya brondong pasti!!

trus cek sinopsisnya...nah kan bener...cerita cewek 20 tahun dgn cowok 16 thn!!

kayaknya menarik nih. secara akhir taun nanti aku 20 tahun hihihihi *lah..apa hubungannya?? *


ceritanya ini mengenai cewek 20 tahun, Ruka Sawaguchi, yang kayaknya sih lagi galau masalah percintaan gitu.
Dia kesulitan menemukan kekasih karena para lelaki menilai bahwa dia kurang terlihat seperti perempuan atau tepatnya kurang manis. Dan lagi dia cenderung kayaknya mulai takut dalam percintaan karena waktu SMA pernah dikhianati kekasihnya gitu. Kekasihnya selingkuh dan bilang "soalnya kamu dingin sih...nggak manis (sikapnya)."

Beug! cowok kayak gitu emang enaknya ditinju plus dibuang ke laut aje!

Sampai akhirnya di malam taun baru, Ruka yang menyangka dia akan kesepian karena lagi jomblo, ketika pulang kerja di tengah jalan dia menabrak seorang laki-laki. Laki-laki itu langsung mengajak Ruka karaokean bareng. Kebetulan laki2 itu cuma berdua dengan temannya, Ruka juga cuma berdua dengan temannya.

Ruka awalnya sih nggak mau, karena trauma dengan percintaan kayaknya dia juga jadi suka kurang percaya dengan laki2 apalagi yang baru dikenal gitu. Terlebih menurutnya laki-laki itu adalah tipe yang 'nakal' karena begitu mudahnya mengajak cewek tak dikenal untuk karaoke bareng. Tapi dasar temannya Ruka 'sableng' dan 'ganjen', temannya Ruka nerima ajakan itu dan terpaksa deh Ruka ikut ke karaokean

Yah...awalnya perkenalan mereka gak berjalan mulus, karena Ruka agak ketus gitu. Tapi...SPOILER aja ya... ternyata cowok ini ...seperti yang kita tahu dia berusia 16 tahun dan masih SMA, ternyata udah lama memperhatikan Ruka loh!!

Walau gitu tetap awalnya pendekatannya ke Ruka nggak berjalan mulus lah..karena trauma percintaannya Ruka itu,
Ruka seperti tidak percaya bahwa ada cinta yang tulus. Terlebih lagi Ruka juga pembawaannya canggung, jadi meskipun dia menyukai Soushiro, dia kayak tidak berani mengungkapkannya atau mungkin tepatnya cenderung menyembunyikan perasaannya karena -tentu- takut disakiti lagi kayak dulu. Apalagi Soushiro baru 16, dimana menurut Ruka biasanya anak cowok umur segitu tuh tidak serius dalam percintaan, cuma main2 saja.

yah..pada akhirnya sih jelas endingnya mereka jadian. heheh. simpel kan?

ceritanya memang simpel...tapi entah kenapa aku suka banget bacanya! kesannya manis gitu. Aduh tuh cowok SMA manis banget, baik wajahnya mau pun sikapnya

kalo seandainya tuh cowok ada di sini, di dunia nyata, aku sikat deh hhehehehe

Selain cowoknya, untuk karakter cewek dan ceritanya...hm sebenernya biasa-biasa aja, isinya cuma serba galau masalah cintanya si cewek ini.

Tapi tetetp wajib bacaa! Memang ceritanya simpel...nggak ada yang special..tapi minimal sebagai pengisi waktu luang layak lah untuk dibaca.

Dan..ah ya, percaya nggak percaya, komik ini sungguh bikin aku jadi sedikit merenung.. Sialan!


Awalnya sih aku pengen ngasihnya 3 bintang.
Karena memang ceritanya ya apa adanya..dan nggak ada sesuatu yang special

Tapi entah kenapa aku agak terharu dan sukaaa banget sama tokoh cowoknya

soo...aku tambahin 1 bintang deh, jadinya 4 bintang!!

Anyway, buat kamu-kamu yang umurnya 20+ dan masih sendiri trus lagi dekat sama cowok SMA 16 taun-an, atau mungkin lagi naksir brondong, atau mungkin juga punya pacar brondong, aku rasa pas banget baca ini deh... Baca! Dan rasakan sendiri sensasinya *halah*


 

Book Lover Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review