Minggu, 16 Desember 2012

Hai, Miiko! 24

Diposting oleh Eka Suzanna di 20.12 0 komentar
Hai, Miiko! 24Hai, Miiko! 24 by Ono Eriko

My rating: 5 of 5 stars


Kalau aku ke gramed, aku selalu tidak lupa mampir ke rak tempat Komik Miiko the series berada. Malah itu sudah jadi rak yg WAJIB dikunjungin tiap ke gramed, dan tidak pernah absen, walau aku tahu kalau Miiko itu terbitnya hanya setahun sekali :(

Tapi anehnya tetap saja aku mampir ke raknya, berharap ada keajaiban apa kek gitu, hehe


Dann..aku nyaris melonjak girang di tempat saat kemarin ke gramed menemukan Miiko edisi ke 24 ini bertengger manis di rak plus edisi special Mikko yg ke 6 juga ada >_<


Tidak pakai mikir dan apa-apa lagi, dua komik Miiko langsung masuk dalam tas belanja Gramedia ku..hehe

Begitu pulang ke rumah, dari semua buku yg aku beli, komik ini adalah yg paling pertama aku buka segelnya dan aku baca.

Hmm..

Seperti biasa lah aku selalu suka semua cerita Miiko. Menarik, lucu, dan menghibur >_<

Cuma kadang aku ngerasa, dibanding cerita Miiko yg awal-awal (waktu masih edisi 1-10 an gitu), makin ke sini sejak mulai masuk edisi belasan dan puluhan, cerita Miiko sepertinya nggak begitu selucu yg dulu.

Apa mungkin juga ini ada hubungannya dgn pengarangnya yg mungkin makin terasah kemampuan menggambarnya ya? Atau..mungkin karena pengarangnya semakin tua..ceritanya pun makin 'agak berbobot' yg maksudku..terkesan serius dan poin kelucuannya berkurang.. (halah, aku ngomong apa sih ini? Belibet amat)

Yah intinya...aku ngerasa lebih suka gaya cerita Miiko yg dulu aja. Tapi bukan berarti Miiko yg sekarang dah tidak asyik lagi loh yaaa..

Di miiko 24 ini, ceritanya bagus-bagus. Hanya saja aku ngerasa nggak ada sesuatu hal yg terasa baru atau bikin aku excited gimanaaa gitu. Masalahnya, beberapa cerita di Miiko 24 ini, ide dasarnya pernah diceritakan oleh penulis di edisi yg sebelum-sebelumnya. Jadi itu cuma semacam ide dasar cerita yg sama, namun mungkin dengan alur cerita yg agak berbeda.

Cerita di Miiko 24 yg "Permohonan Momo" itu sama dengan cerita waktu Miiko ingin berubah jadi tinggi "karena iri dengan Miho yg bisa pakai baju bagus karena badannya tinggi". Di situ, Miiko memohon di kuil agar menjadi tinggi.

Nah, sama dengan permohonan Momo yg mungkin ingin jadi besar . Dan sepertinya pengarangnya menyadari kok kalau Permohonan Momo ini idenya sama dengan cerita Miiko menjadi tinggi itu.

Terus cerita yang "Sayonara, Mamoru!?" itu juga sama dengan cerita waktu Miiko menjadi besar "SMA" karena bola dari peramal yg sama. Cuma bedanya kalau dulu Miiko melihat masa depannya dgn Tappei, sekarang dgn Mamoru.

Dan beberapa cerita lainnya, juga bukan hal yg "baru".

Tapi, tetep High Recommended kok!!! :)) Nggak bakal nyesel mah kalau baca Miiko, apalagi kalau buat ngilangin stress hehehe.



View all my reviews

My Girlfriend is a Gu Mi Ho 1

Diposting oleh Eka Suzanna di 20.11 0 komentar
My Girlfriend is a Gu Mi Ho 1My Girlfriend is a Gu Mi Ho 1 by Seong-Yeon Kim

My rating: 3 of 5 stars


Jujur saja, bingung banget ini novel mau dikasih berapa bintang, plus mau dimasukkan dalam bookshelves yang mana :|

Karena novel ini sangat-sangat-sangat mengecewakan menurutku pribadi. Jadi, mau diberi 1 bintang... tapi kok nggak sesuai dengan 'arti pemberian bintang' yang selama ini kuterapkan ya?

Aku kalau memberi 1 bintang, artinya itu buku membuatku tak mampu baca hingga kelar. Nyaris eneg bacanya sejak di awal-awal halaman, dan ada rasa ogah ngelanjutin. Dan tidak akan pernah lagi mau nyentuh buku ini.

2 bintang, buku yg mampu aku selesaikan bacanya, tapi tetep ada rasa eneg dan ogah untuk nyentuh lagi.

3 bintang, buku yang mampu aku selesaikan, tapi ada beberapa bagian yg sempat bikin aku malas baca (hingga biasanya aku skip-skip sedikit) tapi, aku merasa di lain waktu aku akan membacanya lagi.

4 bintang, buku yang sering aku baca berulang-ulang, tapi hanya pada beberapa bagian yg memuaskanku.

5 bintang, aku akan betah membaca ulang buku ini dari awal-akhir, entah bakal khatam berapa kali :|

Dan... buku My Girlfriend is Gu Mi Ho ini... sejak halaman awal sudah bikin aku eneg banget, dan ogah-ogahan ngelanjutinnya. Tapi, aku tetap paksa baca (walau skip-skip sedikit) dan sampaiii halaman akhir rasa eneg itu tetep ada :|

Mau kasih 1 bintang, aku berhasil selesaikan buku ini dalam waktu 5 hari walau dgn susah payah. Ibarat kata, disuruh pergi ke Gramedia sambil ngesot akhirnya sampai juga ditujuan, walau kaki dan pantat beset-beset.

Mau kasih 2 bintang, aku ngerasa masih ada ketertarikan tuk membaca lagi suatu saat nanti, walau tak tahu apa sisi menariknya (selain ceritanya yg memang bagus, tapi kalau diliat di dramanya :| )

Mau kasih 3 bintang, kok rasanya nggak pantes...

Ck..

Kebingungan ini mungkin akibat dari 'tak bisa memisahkan antara versi drama & buku'.

Yah.. aku sepertinya masih mencampur adukkan keduanya.. sehingga nggak bisa nilai secara objektif.

Aku sukaaaa banget sama ceritanya (saat nonton drama). Tapi, aku nggak suka bukunya (lepas dari ceritanya).

Buku ini, ceritanya persissss banget-banget-banget sama dramanya. Nggak ada yg ditambahin atau dikurangin, pokoknya persisss banget. Ibarat kalau copy paste tulisan orang, tuh, titik-komanya pun sama gitu.

Tapi aku merasa nggak nyaman sejak awal membaca. Entah kenapa feel nya juga nggak dapet. Rasanya nggak bisa menikmati.

Aku tidak tahu deh, entah ini karena novel terjemahan, dan mungkin cara sipenerjemah memilih kata-kata membuat buku ini jadi tidak enak dibaca... atau entah nemang dari penulis koreanya di sana yg bermasalah, tidak berhasil mengubah sebuah drama korea ke dalam bentuk tulisan panjang dgn tetap menjaga 'kebagusan'nya.. (biasanya kan gitu, film/drama yg ditulis ke dalam bentuk buku hasilnya nggak bagus dan nggak memuaskan, begitu juga sebaliknya).

Yang jelas aku ngerasa ceritanya jadi nggak pas dengan apa yg digambarkan di dramanya. Apa yg disampaikan drama, jadi tak tersampaikan di sini. Untungnya aku dah nonton, coba kalau nggak? Yang ada mungkin aku tak akan pernah jatuh cinta pada dramanya, kalau misalnya baca buku ini duluan.



View all my reviews

Sabtu, 15 Desember 2012

GOLDEN BOOK

Diposting oleh Eka Suzanna di 23.42 0 komentar
GOLDEN BOOK (Deluxe)GOLDEN BOOK by Kyoko Hikawa

My rating: 5 of 5 stars


Seorang anak SMA, Nanako, menyukai Fujiomi begitu melihatnya sedang berlatih kendo. Maka dari itu dia meminta sepupunya Noriko, teman kuliah Fujiomi dan kebetulan tetangga apartemen Chizumi, untuk meminta Fujiomi menjadi guru les privatnya. Di sini Noriko mengatakan pada Chizumi bahwa menurutnya pacar Fujiomi adalah orang yang tenang dan dewasa, bukan orang yang ceroboh dan kekanak-kanakan seperti dia. Fujiomi adalah lukisan pemandangan yang tenang yang terlukis dengan tinta hitam, sedangkan Chizumi adalah lukisan pastel yang di gambar oleh anak-anak… Namun kebaikan Chizumi dan Fujiomi merubah pandangan Noriko, menurutnya Chizumi memang kekanak-kanakan, tapi bukan anak-anak…dan bahwa lukisan pastel yang dilukis dalam warna hitam putih juga cocok…

Oh ya, terselip juga Kisah tambahan dalam buku ini, adalah kisah pertama kali Fujiomi dan Gohoji bertemu dan berkelahi waktu SMP, karena Gohoji merasa tersaingi reputasinya sebagai jago berkelahi oleh Fujiomi.


Sementara itu sisa ceritanya yg lain, Inti ceritanya berkisar pada masa lalu Fujiomi, dan itu terjadi karena sebuah undangan reuni SMP. Tak disangka ternyata di masa itu Fujiomi pernah menjalin hubungan dengan seorang gadis populer bernama Asako Yasugi. --____--"

Ketika bertemu lagi pun, Asako seperti masih menyimpan perasaan terhadap Fujiomi, dan merasa lebih mengenal Fujiomi daripada Chizumi. Keputusannya untuk mengakhiri hubungannya dengan Fujiomi menyisakan rasa penasaran, dan dia pun gelisah ketika mendapatkan jawaban Chizumi merasa puas dengan Fujiomi.

Kegelisahan Chizumi atas munculnya Asako membuat teman-teman Chizumi berusaha menghibur dan mencari tahu bagaimana sebenarnya hubungan Fujiomi dan Asako di masa lalu. Bahkan mereka meminta bantuan Gohoji dan Komuro, walaupun sebenarnya mereka berbeda sekolah saat itu ^_^ Namun akhirnya Chizumi mendapatkan penjelasan langsung dari Fujiomi, bahwa mereka sebenarnya tidak pernah pacaran. Asako yang mendekatinya duluan, dan mengajaknya berpacaran namun Fujiomi menolaknya. Asako lalu mengajaknya berteman dahulu, namun dia gagal memahami Fujiomi. Asako yang populer selalu ingin mendapatkan pujian, namun Fujiomi hanya menanggapinya ala kadarnya. Pada hari reuni, baru Asako menyadari bahwa Chizumilah yang lebih memahami Fujiomi, itulah sebabnya Fujiomi begitu melindunginya…

Di akhir cerita, Asako yang berhasil menerbitkan novelnya, meminta maaf kepada mereka berdua, dan dia sadar bahwa selama ini dia hanya mementingkan harga dirinya saja. Buku hatinya akan tertutup, dan kenangannya akan Fujiomi selanjutnya Chizumi yang akan mengisinya…

^__^



YAY!! Hehehehe.... Aku suka banget sama komik ini. Bagusssss..!!

Ceritanya ringan dan menghibur banget meskipun mungkin jenis ceritanya rada pasaran. Tapi sepasar *?* apapun ceritanya, dengan sentuhan tangan Kyoko Hikawa jadi keren banget... *walo gambarnya sebenarnya nggak cantik2 amat hehehe*


Cerita ini berhasil! bener2 bagus banget!

Dari semua seri, aku paling suka golde book! Entah kenapa. Mungkin karena di sini lebih konflik ya cerita cinta mereka? dan lagi Fujiomi makin keren dan dewasa, begitu juga dengan chizumi walau kecerobohannya masih aja melekat XD

Aku suka cara penceritaannya yang ngalir gitu aja. Nggak pernah jenuh deh bacanya, karena ada aja sesuatu yg seru.

Mungkin kalo di kehidupan nyata, pasangan yg kayak fujiomi dan chizumi gini rada membosankan kali ya? Tapi di komik ini dibuat jadi seru banget. Walo nggak romantis, tapi jatuhnya malah lebih romantis dari yg romatis!! #plak

Pokoknya nggak bakal bosen buat ngikutin ceritanya.

Aku suka deh kalo mislanya Chizumi yg sudah mulai kayak kebakaran jenggot dan ceroboh sana-sini *kayak belatung nangka kalo aku liat*, Fujiomi langsung megang kepalanya dan menggendongnya buahahahahaha.

Biasanya nggak pake kata2, Cuma tinggal meletakkan tangan di jidat/kepala Chizumi, sukses bikin Chizumi yg kayak belatung nangka itu diam XD

Yang lucu itu pas Chizumi pindahan, seperti biasa Chizumi sudah kayak belatung nangka sibuk mondar-mandir sana sini mau ikutan ngangkatin barang, padahal udah ada Gohoji sama Fujiomi yg jadi tukang angkat2. Dan...eng-ing-eng..seperti biasa, dimana ada Chizumi pasti ada kekacauan akibat kecerobohannya XD

Begitulah, si Gohoji jadi sering naik pitam dibuatnya XD

DDan seperti biasa, cara andalan Fujiomi untuk menghentikan Chizumi, as tuh cewek mulai kocar-kacir sana sini dia tinggal megang kepalanya, trus diangkut dan didudukin ke kursi.

Yg lucu lagi, Fujiomi ngasih si Chizumi boneka kelinci. Diisuruh peluk. "Jaga yg betul ya. jangan sampai kabur."

Buahahahah! Ini maksudnya apa toh? XD *ngakak guling2*

Trus.. Chemistry mereka juga bagus. Bahkan watu di Angin Musim Gugur pas belum terlalu kenal dan pacaran pun udah keliatan chemistrynya ^^

Suka banget deh sama perkembangan hubungan 2 orang ini, dari yang mulai kenalan biasa, sampe jadi pacaran. Keliatan di setiap seri, hubungan mereka makin deket, ini bener2 menarik buat diliat.

Ya ampun... Fujiomi makin keren aja di sini.. *ga henti2nya muji fujiomi XD*

Kalo di kehidupan nyata, karakter cowok yang kayak Fujiomi gini nich bukan yg aku cari sebenarnya XD. Soalnya sereemmm....dan pendiamnya itu yg bikin takut XD

Kalo di dunia nyata kan cowok yg diem2 gini malah bikin takut. apalagi aku juga anaknya kalem *huwek XD*. aku yg kalem n pendiam ketemu fujiomi yg tenang dan dingin gini...wahahahah mana kebayang !!


Kurangnya... Nggak ada!!! Cerita ini nggak ada kurangnya. *yah, kecuali gambarnya sih. coba agak cantikan dikit gambarnya hehehe. eh tapi ini juga udah keren banget lohh ^^*

pokoknya dari semua seri-nya, Golden book yg paling aku suka.

Aduuuhhh, fujiomi tuh gak kuku. walo kata ceritanya dia nggak romantis tapi bagi aku dia itu udah romantis banget >.<

Kalo aku yg jadi chizumi mungkin dari awal pacaran aku udah mati, karena meleleh XD

Sampai sekarang aku heran, kenapa sih masih adaaa ajaa (reader) yg menentang hubungan chizumi dan Fujiomi?

Banyak yg bilang hubungan Chizumi dan Fujiomi, sepertinya rapuh, tidak serasi, dan tidak seimbang,

Kenapa?

Kenapa?

Aku malah merasa mereka memang sudah ditakdirkan untuk satu sama lain deh. Liat aja kan? Ternyata mereka mampu melewati segala cobaan *halah*dengan saling mengerti dan memahami satu sama lain.

Makanya aku heran, kenapa masih banyak yg merasa mereka tidak cocok??

Btw aku jadi mikir kenapa ya di komik-komik tuh kebanyakan karakter ceweknya itu kok ceroboh dan kekanak-kanakan? tapi mereka pada akhirnya malah dapat cowok yg keren dan cool kayak fujiomi gini.

Huhuhu...aku kan jadi sebel XD

secara aku juga cewek ceroboh, tapi kok belum nemu2 juga ya tipe2 cowok yg kayak gitu? #plak

Memang sih, karena aku sering ceroboh, banyak cowok yang perhatian. Tapi malangnya cowok2 itu bukan cowok2 yang kayak di komik itu, XD
ha ha ha….

maksut hati ceroboh, apa daya salah alamat…. :P gitu kira-kira peribahasanya…

Sebenernya ini komik ceritanya gak sespektakuler itu  buat aku kasih bintang 5.

Tapi... Berhubung aku terhibur banget dengan cerita ini, alurnya bagus, karakternya juga aku suka semua, dan aku puas dengan semua ceritanya, dan lagi komik ini sukses bikin aku mau baca berkali2 XD

so... Bintang 5 buat komik ini dach.

Highly recommended!! b(^__^)d



View all my reviews

Raksasa dari Jogja

Diposting oleh Eka Suzanna di 23.36 0 komentar
Raksasa dari JogjaRaksasa dari Jogja by Dwitasari

My rating: 1 of 5 stars


Hm...


Senyum...

Lalu.. *sigh*


Kalau ada setengah bintang, mungkin aku akan kasih setengah.

Aku sarankan, membaca buku ini sebaiknya sehabis mandi (pagi atau sore) dalam keadaan duduk tegap, ditemani camilan dan teh mungkin lebih mantap.

Jangan seperti aku yg baca novel ini sehabis sholat shubuh dan duduk di atas tempat tidur, karena.... bantal dan kasur saat itu akan jadi terasa lebih menarik daripada buku ini. Itu yg kurasakan bahkan sejak halaman-halaman awal.

Jangan baca sambil berbaring. Jangan! Ntar bisa terlelap bahkan sebelum habis satu bab :|

Aku baca buku ini beberapa halaman saja nguap beberapa kali... dan nggak sanggup rasanya nyelesain buku ini, bahkan walau sekedar satu bab. Tapi aku paksakan diri sepaksa-paksanya, coba nguatin diri membaca.

Padahal kemarin pas ke Gramed, novel ini adalah novel yg palinggg pertama aku ambil dan masukkin ke tas, karena memang sudah sejak dari rumah diplanning,buku ini salah satu yg kuincar.

Kenapa?

Aku sudah lama banget penasaran sama buku ini. Di twitter ramai banget orang ngebicarain. Coba aja search Raksasa dari Jogja, wah.. pujian demi pujian terlontar. Terlebih novel ini masuk dalam jejeran best seller! Bagaimana aku nggak penasaran, coba?

Kebetulan aku tahu twitternya si penulis walau aku bukan followernya. Yah.. tweet tweetnya dia memang bagus-bagus, mewakilin isi hati para penggalau :p. Aku juga sempat ngunjungin blognya, dan kata-kata yg dia rangkai memang oke-oke.

Dan melihat dari pujian-pujian orang di twitter tentang buku ini, nggak salah dong kalau aku punya ekspektasi yg sangat tinggi?

Sebenarnya aku sudah menekan ekspektasi itu, takut kecewa. Tapi nggak bisa, aku dah terlanjur punya 'bayangan tinggi' pada buku ini.

Dan... yah.. dari halaman satu juga aku udah eneg bacanya.

Dibanding my GirlFriend is a Gumiho rasanya ini lebih parah, deh.

Aku tahu Dwita pandai merangkai kata, dan aku suka tweetnya. Tapi tulisan di buku ini yg terlalu baku, dan terlalu banyak narasi, justru malah bikin aku ingin sekali nutup buku ini.

Entah ya... apa memang seleraku yang aneh?

Secara banyak yg muji-muji dan nyembah-nyembah *lebay* buku ini di twitter, tapi kok aku nggak ngerasain seperti apa yg mereka katakan ya?

Saat Bab 1, aku sempat berhenti sejenak dan iseng liat ratingnya di goodreads ini. Kali saja penilaian di GR beda dengan penilaian di Twiiter.

Dan.. benar saja!!

Di GR kayaknya banyak yg ngasih 1 bintang.

Aku langsung mikir, ini yg mana bisa dipercaya? Yg di twitter apa di GR?

Aku mutusin tuk ngelanjutin baca...dan aku berputusan tuk gabung golongan GR. *nyengir kering*

Jujur aja yee, aku nggak bisa suka sama buku ini. ^^;

Aku nggak mandang Dwita itu selebtwit dengan ratusan ribu follower, dan juga pujian-pujian followernya. Kalau aku ngerasa buku ini bikin 'eneg' aku bakal tetep kasih setengah bintang.

Kemampuan dan kepiawaian Dwita dalam merangkai kata, sepertinya jadi pisau bermata dua di sini. Dwita salah sih menurutku kalau dia terlalu banyak menggunakan narasi yg begitu panjang dan terlalu 'nyastra' 'berlebihan' atau apalah namanya (aku nggak tahu).

Untuk tweet dan postingan pendek di blog, oke boleh lah. Tapi untuk novel?

Duuhh...

Itu hanya akan membuat yg baca jadi ngerasa ngantuk dan bosan (untuk pembaca seperti aku sih, entah untuk yang lain).

Dan ceritanya yg sebenarnya sepele, jadi bertele-tele dan lambat banget kesannya.

Konfliknya cuma begitu doang, yg bikin panjang cuma penyampaian dan alurnya yg super lambat dan bertele-tele. ITU.

Kutipan halaman 1:

Bianca menarik napas lega. Selesai. Tak ada lagi rumus-rumus fisika dan matematika. Tatapannya mengarah pada koleksi buku-buku fiksi yang tertata rapi di dekat meja belajar. Matanya menjamah setiap buku yang terletak di sana. Detail judul diperhatikannya dengan saksama. Tinggi rak buku itu melebihi tinggi Bianca, hampir dua meter. Ia berjinjit, jemarinya bersemangat meraih buku bersampul hitam, Biola Tak Berdawai, Seno Gumira Ajidarma.

----
Di sini saja, aku sudah mengernyitkan kening. Penyampaiannya jelas, jelas banget. Tapi entah kenapa aku malah jadi kesulitan berimajinasi (ketimbang ambil buku doang padahal) -,-.

Ini sih lebih parah dari Esti Kinasih dan buku terjemahan..

Aku pun ngerasa aneh dengan dialog-dialog yg diucapkan tokohnya. Terlalu gimanaaaaa gitu *sulit mendeskripsikan*

Dwita, anak Sastra di UI, aku percaya. Terlihat kok dari tiap kalimat yg dia tulis. Begitu rapi, baku, dan puitis.

TAPI, kalau keseluruhannya menggunakan kalimat begituan, bahkan juga saat dalam bentuk dialog, rrrr... jatuhnya jadi aneh dan nggak enak dibaca.. :| Bukan terkesan indah dan puitis lagi.

Coba, kalau saja Dwita nulisnya biasa saja nggak usah terlalu over lah hingga dari A-Z mesti menggunakan kalimat yg begitu baku. Cukup sesekali saja nyempilin quotes-quotes keren (seperti bagaimana tweetnya ) mungkin akan lebih berkesan.

Belum lagi dengan penokohannya yg aneh beserta typo-typo yg cukup mengganggu dimana-mana, membuat buku ini semakin bikin eneg :|

Oh God...

Aku nggak tahu kenapa aku begitu kecewa.

Mungkin karena sebelumnya aku sudah termakan pujian-pujian buku ini di twitter, juga kemantapan penulisnya yg begitu percaya diri terus-terusan mempromosikan buku ini seakan ini novel remaja terkeren abad ini.

Bahkan followerku sendiri ada beberapa yang mendesak dan menyarankanku tuk baca novel ini. Katanya menyentuh ceritanya, bagus.

Tapi setelah kubaca ..... *sigh lagi*

Yang bikin wow dan salut, novel ini kalau nggak salah terbitnya bulan Oktober kan. Dan sekarang sudah masuk cetakan ketiga (yang aku beli) dan masih masuk jejeran best seller pula.



View all my reviews
 

Book Lover Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review