Rabu, 30 Oktober 2013

CoupL(ov)e

Diposting oleh Eka Suzanna di 23.47
CoupL(ov)eCoupL(ov)e by Rhein Fathia

My rating: 2 of 5 stars


Hmmm.... gimana ya?

Bingung mau kasih berapa bintang.

Awalnya, aku excited saat tahu ini kisah tentang dua sahabat yang akhirnya menikah walau mungkin tanpa cinta.

Tapi.... ternyata nggak sesuai harapanku.

Hmm... sesuai sih, aku memang berharap ini mengisahkan tentang bagaimana mereka menjalani hari-hari pernikahan mereka itu, dan bagaimana cara mereka membangun jalinan hubungan sebagai suami istri.

Tapi.... menurutku, banyak juga hal-hal nggak penting yang diceritakan oleh penulis di sini. Membuat aku harus men skip banyak halaman, karena yeah... tidak penting sama sekali. Hanya seputar kisah masa lalu yang super basa-basi lah.

Maksudku, perlu kah setelah menceritakan mereka menikah, si penulis memulai lagi cerita mereka saat dulu bersahabat dari zaman SMA sampai kuliah??? Belum lagi ditambah cerita detail mereka dengan cinta masa lalu masing-masing.

Menurutku, nggak penting. Nggak ngaruh juga sama ceritanya. Yang ada ngerusak suasana dan moodku membaca.

Waktu di awal-awal udah sangat bagus, dan aku suka. Bahkan aku langsung tahu kejadian seperti apa yang sudah terlibat dalam masa lalu mereka (bersama cinta masing-masing), walau tanpa menyibak perjalanan masa lalu mereka. Jadi, aku rasa tak perlu lagi penulis harus cerita ulang dengan detail kisah masa lalu mereka sampai berpuluh-puluh halaman -,,-

Pengennya sih kasih 3 bintang. Karena yeah... ceritanya so far aku suka. Dan mengejutkannya, di pertengahan cerita menuju akhir, di mataku terasa ada selaput bening. Dan kemudian suaraku mulai serak. Yaaa... aku berkaca-kaca, dan nyaris menangis, walau masih sebatas serak, nggak sampai menitikkan air mata atau tersedu-sedu. Tapi itu sudah cukup bukti, di beberapa bagian cerita ini (lepas dari banyaknya hal tidak penting yang dijabarkan) bisa menggoyah emosiku. And, itu pertanda bagus.

Tapi, maaf... sepertinya hanya bisa kasih dua bintang. Buku ini tebal, ada 387 halaman. Dan kupikir awalnya, buku setebal itu isinya cerita semua. Ternyata nggak. Mungkin dalam hitungan persen, yang kubaca hanya sekitar 27%, sisanya nggak penting.

Aku akan lebih suka (dan ceritanya pasti akan lebih bagus lagi) kalau porsi ceritanya lebih berat dan lebih banyak dibagian after married nya, dibanding masa lalunya. Yang masa lalu itu lebih baik dipangkas, dan cukup yang penting-pentingnya aja.

Kalau begitu, pasti bakal lebih enak dibaca lagi.


Dan aku sebal sama semua tokohnya.

Raka dan Aya, sepertinya penulis sengaja menarik ulur perasaan mereka. Aku tahu, biar bisa jadi ada konflik kan, agar cerita bisa terus berjalan? Tapi yang ada, aku muak, karena mereka terlalu bertele-tele.

Mana kata 'sakit' diulang terus berkali-kali setiap halaman.

Aya: "hatiku terasa sakit."

Raka: "Sakit rasanya melihatnya."

dll...

Mengulang-ulang terus kata sakit itu membuat aku ngecap mereka jadi 'bodoh'. Mau banget sih berenang berlama-lama dalam sesuatu yang sebenarnya jelas itu? (Tapi yah aku tahu ini tak lepas dari peran penulisnya sendiri, jadi bukan salah mereka sepenuhnya).

Kalau pun memang mereka harus dibuat menderita sebegitu lamanya dulu, minimal penulis pandai memainkan kosakata. Jadi nggak harus terus-terusan nulis 'sakit hati' etc. Bisa diganti menjadi lain. Lagipula, perasaan cemburu, sakit hati atau perasaan emosi lainnya, nggak perlu selalu ditulis, bisa terlihat dari tindakan tokohnya saat itu, kok.

Dan lama kelamaan kedua tokoh ini juga jatuhnya jadi absurd, yang membuatku berpikir, apa iya ada pasangan suami-istri begini? Maksudku... jelas kalian saling sayang, saling cium, making love hampir tiap hari berturut-turut... ya ampunnn, nggak mungkin banget nggak timbul perasaan lebih dari sayang (entah disadari atau tidak).

Yang aku maksudkan di sini, adakah perempuan semenyebalkan Aya, yang jelas-jelas dia 'jatuh' dalam pelukan kasih sayang suaminya, dan dia sangat menyadari dan menikmati itu, tapi masih memikirkan cowok lain?? Pakai embel-embel 'sayang' mulu lagi (aku muak tiap baca diary nya).

Dan adakah cowok semenyebalkan Raka yang jelas-jelas dengan kesadarannya dia menyayangi, mencintai dan menikmati skinship yang selalu terjadi bersama istrinya, tapi  masih sebegitu lemahnya cuma karena kehadiran seseorang di masa lalu? -_- Kalau memang ada, sini tak keplakin kepalanya pakai catokan panas!

Dan yeah, itu tadi... tambah lagi kehadiran cinta pertama Raka, si Rina. Semua yang baca juga tahu akan seperti apa jalan ceritanya saat gadis ini muncul -_-

Lalu, Puput. Sahabatnya ini aku rasa terlalu bawel. Sayangnya kebawelan dia itu, bukannya memecahkan masalah, justru menambah masalah. Sampai aku berpikir, sebenarnya dia mau nggak sih hubungan Raka dan Aya baik-baik saja?? Ocehan-ocehannya  itu justru memperumit, seakan memaksa orang untuk terus berpikiran negatif. Kalau diiringi dengan solusi sih tadi nggak apa-apa, lha ini kagak.

Cerita yang dipaksa-paksa rumit. Bikin greget.

Tapi buku ini ada kelebihannya.

Aku suka skinship yang berlangsung antara Raka dan Aya. Dan ceritanya mempunyai kekuatan maut untuk memaksa orang penasaran mengetahui lanjutannya. Bersyukurlah. Sehingga, walau aku harus susah payang menyingkirkan puluhan halaman nggak penting, aku tetap terus membaca dan ingin banget tahu bagaimana akhir ceritanya. :)

Sebenarnya si penulis punya peluang untuk membuat jalan ceritanya menjadi lebih baik lagi dari ini.



View all my reviews

0 komentar:

Posting Komentar

 

Book Lover Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review